Untukmu, Penempuh Jalan Para Pendahulu

7 04 2009

” Ayah,… Ibu,… ini bukanlah jalan baru (yang sesat),..
tapi inilah jalan awal yang dahulu pernah menghasilkan kemuliaan,..
dan kini telah terabaikan”

Oleh : Abu harits Priyo Sasongko S.Kom.,

Tulisan ini terinspirasi oleh kisah nyata yang dikirimkan oleh salah seorang pembaca majalah Nikah, dan dimuat pada volume 7, edisi 12 maret 2009, penulis menceritakan bagaimana rasa sayangnya pada kedua orang tuanya,menceritanka masa kecil nya hingga dia dewasa sampai mengenal dakwah salafiyyah ahlussunnah waljama’ah, hingga tertambatlah hatinya untuk duduk di taman-taman ilmu, menikmati keindahan dakwah salafiyyah.

kemudian spenggal sepenggal kalimat diatas dia tuliskan untuk meyakinkan kepada kedua orang tua tercintanya bahwa jalan yang dia pilih dalam hidupnya (yaitu jalan salaf) tidaklah salah, bahwa profokasi masyarakat kepada keluarganya yang mengatakan bahwa anak mereka telah menempuh jalan yang kelam tidaklah benar.

Al ghuroba (orang-orang yang asing)

Saudaraku,

Sungguh nabi yang tercinta telah membenarkan kalimat diatas, Al Amin Muhammad ibn Abdullah, Rasulullah shalalahu alaihi wassalam. Nabi yang mulia telah bersabda. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda. “Artinya : Sesungguhnya Islam dimulai dengan keterasingan dan akan kembali asing sebagaimana awalnya, maka beruntunglah orang-orang yang asing (Al-Ghuraba)” [Diriwayatkan oleh Muslim 2/175-176 -An-Nawawiy]

Asing ? Siapakah mereka saudaraku?,
yaitu : Hadist Abdillah bin Amr bin Al-Ash Radhiyallahu ‘anhu beliau berkata : Telah bersabda Rasulullah pada suatu hari dan kami bersama beliau. “Artinya : Beruntunglah orang-orang yang asing (Al-Ghuraba) ditanya Rasulullah siapakah Al-Ghuraba itu ? Beliau menjawab orang-orang shalih diantara banyaknya orang-orang yang buruk, orang yang menyelisihi mereka lebih banyak daripada mentaatinya” [Hadits Shahih dan banyak jalan periwayatannya sebagaimana telah dijelaskan dalam kitab Thubaa Lilghuraba (3): oleh syaikh salim al hilaly]

Telah tiba Masanya!

Maka inilah jamannya telah datang saudaraku, jaman keterasingan yang disabdakan oleh Rasulullah shalallahu alaihi wassalam. Jaman yang telah terhidang di depan mata kita.Jaman yang kita sekarang hidup di dalamnya, jaman yang memerlukan kesabaran. Jaman penuh fitnah, jaman yang mana seorang mukmin laksana memagang bara api untuk mempertahankan agamanya, jaman yang mana ujian adalah hal yang pasti dialami oleh penempuh jalan sunnah. Jalannya para nabi dan rasul.

Sunnatullah itu pasti kita lalui

Cerita penulis diatas(semoga ALLAH senantiasa memberikan keteguhan bagi kita dan dirinya) adalah sepenggal kisah, yang pasti akan mewarnai perjalanan hidup setiap hamba yang menempuh jalan sunnah. sebagaimana janji Robbuna dalam firman-NYA
” Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? [QS. Al Ankabut 2]
”Disitulah diuji orang-orang mukmin digoncangkan (hatinya) dengan goncangan yang sangat
[QS. Al Ahzab : 11]“

Manusia yang paling mulia, paling manis perkataannya, paling baik budi pekertinya dan paling terpercaya tuturnya. Beliaulah rasullah shalallahu alaihi wassalam. Tahukah engkau, beliaupun mengalami cobaan ini. beliau pun telah melewati jalan mendaki, jalannya para nabi dan rasul, yang telah disempurnakan jalan tersebut untuk beliau dan umatnya.
Maka bukalah lembaran catatan perjalanan hidup beliau yang mulia. Yang mana tinta sejarah telah menceritakan ikhwal beliau shalalalahu alaihi wassalam. Apakah jalan itu mulus tanpa cobaan dan pertentangan? Tanpa kesedihan dan tangisan? Sungguh jalan yang beliau lalui penuh dengan onak dan duri yang melukai, diwarnai tanjakan kepeluhan, diiringi ombak yang silih berganti menghempaskan perasaan.

Maka inilah sunnatullah yang akan mengiringi perjalanan setiap hamba yang mengikuti jalan beliau shalallahu alaihi wassalam. Meskipun tentu bobot ujian ini tidaklah akan sama masing-masing kita. Semakin tinggi tingkat keimanan maka semakin berat beban itu.
“ Dari Sa’id bin Abi Waqqash Radhiyallahu anhu, dia berkata. ‘Aku pernah bertanya : Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling keras cobaannya ?. Beliau menjawab. Para nabi, kemudian orang pilihan dan orang pilihan lagi. Maka seseorang akan diuji menurut agamanya. Apabila agamanya merupakan (agama) yang kuat, maka cobaannya juga berat. Dan, apabila di dalam agamanya ada kelemahan, maka dia akan diuji menurut agamanya. Tidaklah cobaan menyusahkan seorang hamba sehingga ia meninggalkannya berjalan di atas bumi dan tidak ada satu kesalahan pun pada dirinya [Isnadnya shahih,ditakhrij At-Tirmidzy, hadits nomor 1509, Ibnu Majah, hadits nomor 4023, Ad-Darimy 2/320, Ahmad 1/172]

Janganlah bersedih (yang membuatmu keluar dari ketaatan)!!

Maka dikesempatan ini aku nasehatkan diriku dan dirimu saudaraku, dengan satu kalimat yang dapat menghibur hati di kala duka cita melanda, meringankan beban ketika terasa berat langkah-langkah, melapangkan dada kita ketika hati terasa menyempit, dan menghadirkan satu senyuman ketika tangisan telah sampai pada pangkal tenggorokan. Inilah wahai saudaraku satu kalimat yang menghadirkan keteduhan di hati sahabat rasulullah yang tercinta (Abu bakar As shidiq radhiyallahu anhu). Sahabat yang menemani beliau di gua (tsur). Satu kalimat yang telah ALLAH muliakan dan ALLAH abadikan dalam kitabnya yang mulia. “Laa Lahzan Innallaha Maa ana “  “ janganlah engkau berduka cita, sesungguhnya ALLAH beserta kita” [At Taubah : 40]

Sesunguhnya akhir yang manis itu adalah untuk mu.insyaALLAH

Janji ALLAH pastillah terbukti, kemuliaan itu pastillah menjadi milik ahlussunnah.
“ Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya”.[ At tholaq : 3]
Yaitu yang mencukupinya, Ar-Robi’ bin Khutsaim berkata : Dari segala sesuatu yang menyempitkan (menyusahkan) manusia. [Hadits Riwayat Bukhari bab Tawakal 11/311]
kalaupun kemuliaan itu tidak kita dapatkan penuh di alam dunia ini. Pastilah buah manisnya nya akan kita rasakan di hari akhir kelak.

Artinya : “ Perumpamaan syurga yang dijanjikan kepada orang-orang yang takwa ialah (seperti taman); mengalir sungai-sungai di dalamnya; buahnya tak henti-henti sedang naungannya (demikian pula). Itulah tempat kesudahan bagi orang-orang yang bertakwa, “ [ Ar Ra’d : 35]

maka bertakwalah!

“Artinya : Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar”. [Ath-Thalaq : 2]
“Artinya : Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahan dan akan melipat gandakan pahala baginya”. [Ath-Thalaq : 5]
“Artinya : Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya”. [Ath-Thalaq : 4).
“Artinya : ‘Dan barangsiapa yang menta’ati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugrahi nikmat oleh Allah, yaitu ; Nabi-nabi, para shiddiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang yang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya”. [An-Nisa’ : 69]

kututup tulisan singkat ini dengan beberapa syair semoga bisa mengetuk pintu yang terkunci, menenangkan hati yang gundah dan menghibur jiwa yang nestapa

Hukum kematian bagi manusia pastilah berlaku
dunia ini bukanlah negeri abadi
di satu masa manusia menjadi pendengar kabar berita
namun di waktu lain, ia menjadi salah satu dari berita itu pula
( perjalanan menuju hidayah : 146 . Tarjamah az zamanul qodim, syaikh Abdul Malik Al qosim)

kalaulah seandainya setelah mati kita dibiarkan begitu saja
tentu kematian adalah kenikmatan bagi siapapun adanya
Akan tetapi setelah mati kita akan dibangkitkan
lalu ditanya tentang segala sesuatu yang kita lakukan
( perjalanan menuju hidayah : 80 . Tarjamah az zamanul qodim, syaikh Abdul Malik Al qosim)

Ahmad bin harb mengungkapkan dalam syairnya :
“ Ada diantara kita yang memilih tempat berteduh dari sinar matahari, tetapi tidak memilih syurga (sebagai tempat berteduh) dari neraka”
( perjalanan menuju hidayah : 104 . Tarjamah az zamanul qodim, syaikh Abdul Malik Al qosim)

semoga bermanfaat
07 April 2009 @ 07:45
Priyo Sasongko, S.Kom


Actions

Information

2 responses

7 04 2009
Ummi'e ilyas

Assalamu’alaikum.afwn,cuman ngasih saran.banyak tulisan yg salah,jd sblmnya di cek ulang lagi.

9 06 2009
penaabuharits

alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh,..

matur nuwun bu,.. 😀

eh, bliau ini ummu ilyas istri saya loh,..

Leave a comment